Relife Greenville Video


Relife Property Group Mulai Bidik Segmen Hospitalitas


Sejak berdiri tahun 2007, Relife Property Group terus tumbuh dan berkembang menjadi per­­usahaan pengembang yang di­segani di gelanggang binis pro­perti Indonesia. Maklum, selain di­bangun oleh profesional muda, por­to­­­fo­lionya terus bertambah. Bahkan meyakini bisnisnya bakal tumbuh, perusahaan pengembang yang didirikan oleh beberapa anak muda alumni Universitas Indonesia ini sudah memiliki kantor sendiri di gedung strata title di koridor Simatupang. “Kami juga akan membangun gedung tinggi untuk perkantoran,” ucap Presiden Direktur Relife Property Group.
Proyek pertamanya yang bernama Orchid Pavilion meraih respon yang baik dari masyarakat. Kesuksesan proyek pertama itu ibarat candu yang membuat anak-anak muda yang dinahkodai oleh Ghofar Rozaq Nazila, yang kini baru berusia 32 tahun, tidak bisa berhenti dan terus membangun proyek properti di segala penjuru negeri.
Kini, Relife Properti Group memiliki dua anak usaha yakni PT Relife Realty Indonesia (RRI) yang bergerak di bisnis pengembangan dan PT Relife Property Management (RPM) di bidang pengelolaan properti. Sampai saat ini RRI sudah membangun 15 proyek perumahan, sementara RPM baru mengelola Svarga Resort di Lombok, Nusa Tenggara Barat yang juga dibangun RRI.
”Sejak tahun 2013, selain segmen residential yang menjadi fokus bisnis Relife, kami juga membidik segmen leisure & hospitality. Dengan membangun Svarga Resort diharapkan bisa menjadi pendapatan berkelanjutan atau recurring income,” ujar Ghofar. Dipilihnya Lombok, lanjut Ghofar, karena menawarkan ba­nyak potensi dan saat ini merupakan momentum yang tepat dengan kondisi pasar yang sedang tumbuh. “Jika masuk Bali, kami sudah terlambat,” imbuh Ghofar.
Lebih lanjut Gofar memaparkan bahwa tingkat kunjungan wisata ke Lombok terus merangkak naik, terutama warga asing. Ini dibuktikan dari kenaikan persentase jumlah kunjungan wisatawan mancangera melalui Bandara Internasional Lombok, sebesar 92,02% selama Januari-Agustus 2013. Sedangkan pencapaian jumlah kunjungan pada Agustus 2013 melonjak 225,90% ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya. Lombok dan kawasan lainnya di NTB, juga mencatat tingkat penghunian kamar (TPK) rata-rata 57,71% dengan lama tamu menginap 2,85 hari.
Menawarkan konsep yang berbeda dengan resort yang sudah ada di sini, yakni healthy tourism resort. Svarga menekan­kan pada orisinalitas kekayaan alam, seni, dan budaya. “Pendek kata Svarga Resort menawarkan fasilitas akomodasi untuk industri pariwisata tanpa fitur yang menunjang gaya hidup.
Terdiri atas 25 vila, Svarga Resort memiliki 4 tipe yakni Mavwa (superior), Neima (deluxe), Adna (suite) dan Varda (family suite). Dilengkapi dengan fasilitas spa, infinity pool, restoran, amphitheatre, ruang pertemuan, dan galeri, tarif per malam dipatok antara 110 Dolar AS hingga 800 Dolar AS. Selama tiga bulan beroperasi, tingkat hunian Svarga Resort sudah di atas 70% dengan profil tamu dari berbagai negara Asia, terutama Korea Selatan, Eropa selain turis domestik tentunya.

Tetap Ekspansi
Pada tahun lalu Relife Property Group meraih pendapatan sebesar Rp73 miliar. Angka yang kecil dibandingkan sejumlah perusahaan pengembang yang sudah masuk bursa saham. Tapi pencapaian itu meroket lebih dari 100% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp30 miliar. Menilai tahun ini cukup berat, Relife Pro­perti Group hanya menargetkan pendapatan akan naik sebesar 33% dibandingkan pencapaian tahun 2013.
”Tahun ini kami menahan diri dulu sampai melihat hasil pemilu, karena bisnis properti Indonesia sedang mengalami banyak tekanan. Tetapi kami tetap melakukan ekspansi. Strategi yang kami lakukan adalah mengeksplorasi apa yang dimiliki, dengan memaksimalkan aset yang ada dan proyek yang sedang berjalan, sehingga tetap bisa menghasilkan pendapatan bagi perusahaan,” kata Ghofar.
Ekspansi yang segera akan dilakukan adalah memperluas Greenland Forest Park Residence, di daerah Sawangan, Depok, Jawa Barat. Pada tahap dua ini akan diba­ngun di atas lahan seluas 5 hektar. Merangkum sebanyak 260 unit, rumah-rumah itu dipasarkan seharga Rp380 juta hingga Rp900 juta. Area yang sudah terbangun seluas 4 hektar dan telah berdri 250 rumah.
Perusahaan pengembang ini juga akan menggenjot pemasaran Greenland Forest Hill Residence. Berlokasi di Bogor seluas 6,5 hektar, perumahan ini akan berisi 350 unit. Saat ini sudah terjual 150 unit dengan harga serentang Rp300 juta – 750 juta. Begitu pula dengan penjualan Relife Greenville Cileungsi, Bogor. Seluas 20 hektar dari total 50 hektar, pada tahap pertama sebanyak 320 unit rumah sudah habis terjual. ”Saat ini kami siap memasarkan cluster baru sebanyak 300 unit seharga Rp300 juta-600 juta,” ungkap Ghofar.
”Sebagai developer, RRI senantiasa me­ngedepankan konsep restore the habitat pada penataan lingkungannya. Dengan kon­sep ini, kami berupaya membangun kawasan hijau yang terintegrasi di pusat perumahan yang berfungsi sebagai tempat berkembang habitat seperti burung dan kupu-kupu. Karena itu, akan ada taman serta danau buatan di komplek perumahan ini,” papar Ghofar.
Selain itu juga menawarkan konsep live, learn and leisure, di mana penghuni dapat tinggal dengan nyaman, menyatu dengan alam sekaligus tempat rekreasi keluarga. Ghofar memaparkan, ”Perumahan ini juga dibangun dengan memenuhi prinsip sustainable green development. Penghuni dapat merasakan berada dalam hunian yang sangat mengerti segala kebutuhannya. Mulai dari kebutuhan keluarga, pendidikan hingga area komersial danfasilitas umum lainnya.”
Proyek lainnya yang juga sedang dikembangkan adalah Greenland Senggigi Villa, Lombok, yang akan dioperasikan sebagai service villas.Ada sebanyak 120 unit villa yang akan dibangun di atas lahan seluas 4 hektar. Dipasarkan seharga Rp500 juta sampai Rp1,5 miliar dan diberikan garansi sewa sebesar 6% selama 2 tahun, ”Saat ini sudah terjual 25 unit, dengan banyak pembeli dari Lombok, Bali, dan Jakarta,” ungkap Ghofar.
Untuk semakin meragamkan portofolio­nya, grup ini akan membangun kawasan permukiman terintegrasi di Makassar, Sula­wesi Selatan seluas 40 hektar. Di sini, selain jenis properti residensial juga akan ada gedung kantor, hotel, restoran, dan rumah sakit. Untuk tahap pertama, sedang dikembangkan lahan seluas 4 hektar yang akan berisi rumah sebanyak 150 unit, seharga dari Rp500 juta sampai Rp2 miliar.

Gandeng mitra dari luar negeri
Serupa dengan perusahaan pengembang lain yang terimbas kebijakan pembiayaan dari perbankan, Relife Property Group juga harus pintar berkiat, dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian. Untuk itu, grup ini lebih melakukan pembenahan internal berupa penyusunan proses yang lebih ramping namun efektif.
Dari segi pendanaan untuk pengem­bang­an diri, perusahaan sangat terbuka untuk segala pola kerjasama, baik korporasi maupun secara individual, dengan bentuk finansial ataupun lahan. Walaupun Ghofar mengakui, ”Mendapatkan mitra bisnis itu tidak mudah. Seperti mencari jodoh, tidak boleh sembarangan. Kami sangat selektif karena ingin kemitraan bisa berjalan dalam jangka panjang sehingga harus ada chemistry.”
Tak hanya mitra dari dalam negeri saja, pun dari luar negeri. Bahkan untuk memperkenalkan dini baru-baru ini, seluruh p­etinggi Relife Property Group melakukan road showke beberapa negara di Timur Tengah dan Eropa. Hasilnya? Investor dari Timur Tengah sangat berminat untuk membangun rumah sakit dan sarana pendidikan, sementara investor dari Jerman ingin menjalin kolaborasi strategis dalam mengembangkan resor ekowisata seluas 16,8 hektar di area Taman Wisata Alam Krandangan, Lombok Barat. Investasi investor ini senilai Rp200 miliar-300 miliar.
“Kami masih menunggu perizinan dari Kementerian Kehutanan, sebab taman wisata itu ada dalam otoritas mereka, namun terbuka untuk dikelola dan dikerjasamakan dengan pihak swasta,” ungkap Ghofar.Eco tourism resort tersebut kelak dirancang sebagai fasilitas akomodasi bernuansa natural, yang dilengkapi dengan fitur-fitur yang mengadopsi seni, budaya, dan natura Lombok.
Pengembangan properti hospitality ini dimaksudkan untuk memperbesar porsi recurring incomeperusahaan. Untuk itu ben­tuk portofolionya tidak terbatas padahospitality properties,grupjuga berencana membangun restoran dan tempat wisata keluarga di daerah Pondok Cabe, Tangerang Selatan, seluas 2 hektar. ”Untuk Svarga Resor, kami targetkan tahun ini bisa menyumbang 10% dari pendapatan, untuk kemudian naik 20% di tahun berikutnya. Dengan dengan adanya restoran dan wisata keluarga, kami harapkan pendapatan berkelanjutan kami bisa naik lagi menjadi 35%, dan ke depan ditargetkan bisa menjadi 50-60%,” tutup Ghofar.

Komentar